Selasa, 22 Maret 2016

 PENGERTIAN GERABAH

 Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah antara gerabah dan keramik. Ada pendapat gerabah bukan termasuk keramik, karena benda-benda keramik adalah benda-benda pecah belah permukaannya halus dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan lain-lain. Sedangkan gerabah adalah barang-barang dari tanah liat dalam wujud seperti periuk, belanga, tempat air, dll. Untuk memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa sumber berikut ini. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia, Copyright ã 1995, kata ‘keramik’ berasal dari Bahasa Yunani (Greek) ‘keramikos’ menunjuk pada pengertian gerabah; ‘keramos’ menunjuk pada pengertian tanah liat­. ‘Keramikos’ terbuat dari mineral non metal, yaitu tanah lihat yang dibentuk, kemudian secara permanen menjadi keras setelah melalui proses pembakaran pada suhu tinggi. Usia keramik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum 27.000 tahun lalu. Sedangkan menurut Malcolm G. McLaren dalam Encyclopedia Americana 1996 disebutkan keramik adalah suatu istilah yang sejak semula diterapkan pada karya yang terbuat dari tanah liat alami dan telah melalui perlakukan pemanasan pada suhu tinggi. Beberapa teori lain tentang ditemukannya keramik pertama kali, salah satunya terkenal dengan ‘teori keranjang’. Teori ini menyebutkan pada zaman prasejarah, keranjang anyaman digunakan orang untuk menyimpan bahan makanan. Agar tak bocor keranjang tersebut dilapisi dengan tanah liat di bagian dalamnya. Setelah tak terpakai keranjang dibuang keperapian. Kemudian keranjang itu musnah tetapi tanah liatnya yang berbentuk wadah itu ternyata menjadi keras. Teori ini dihubungkan dengan ditemukannya keramik prasejarah, bentuk dan motif hiasnya di bagian luar berupa relief cap tangan keranjang (Nelson, 1984 : 20). Dari teori keranjang dan teori lainnya di atas dapat dimengerti bahwa benda-benda keras dari tanah liat dari awal ditemukan sudah dinamakan benda keramik, walaupun sifatnya masih sangat sederhana seperti halnya gerabah dewasa ini. Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah adalah salah satu bagian dari benda-benda keramik. Dalam buku A Hobby (Nagumo, Ryo, 1963:27), klasifikasi keramik (classification for ceramics) disebutkan seperti tabel berikut : Type Glaze Translucency Absorp Tion Color Tone Porcelain Hard-paste Porcelain Hard fired yes yes No white bell-like Low-fired ,, ,, ,, ,, ,, Soft-paste Porcelain Bone-ash yes yes No ,, ,, Berlin ,, ,, ,, ,, ,, Parian no ,, ,, ,, ,, Frit yes ,, ,, ,, ,, yes yes No white clear Special Porcelains Magnesite ,, ,, ,, ,, ,, Steartite ,, ,, ,, ,, ,, Beryl ,, ,, ,, ,, ,, Zircon ,, ,, ,, ,, ,, Titan ,, ,, ,, ,, ,, (some xceptions) (some slightly tinted) Stoneware Fine no no No thin color clear Coarse (some exceptions) ,, ,, thin color clear Pottery Feldspathic (ironstone) Yes no Yes white slightly dull Limestone ,, ,, ,, ,, ,, Clay ,, ,, ,, ,, ,, (some tinted) Earthen Ware No no Yes color dull Sedangkan Daniel Rhodes berpendapat penggolongan keramik ditinjau dari bahan badannya (bodies clay) dan kematangan/sintering pembakarannya (viterous firing) dapat dibedakan menjadi : Earthenware, Badan gerabah ini matang dibawah suhu 1200ºC (di bawah cone 6) Contoh komposisi badan keramik jenis ini : § Kaolin 25% Ball clay 29%Talc 5%Flint 10%Iron oksida 3% § Body frit 17% Stoneware. Badan keramik ini mulai matang pada suhu 1200ºC - 1410ºC (cone 6 – cone 14). Contoh komposisi badannya terdiri dari Stoneware clay 10%Sagger clay 10%Ball clay 15%Kaolin 25%Feldspar 20%Flint 20 % Porcelain Badan keramik ini mulai matang pada pada suhu 1250ºC (cone *9) atau lebih. Dan mulai matang dengan baik (sintering) mencapai suhu 1500ºC bahkan lebih. Contoh komposisi badan keramik yang tergolong porselin English china clay 10%Florida kaolin 20%Tennessee ball clay 26%Feldspar 24%Flint 20% Disamping itu menurut Daniel ada beberapa bahan keramik di alam (nature) yang dapat digolongkan earthenware (950ºC – 1100ºC) dan stoneware (1200ºC -1290ºC). Bahan tersebut langsung bisa dipakai tanpa bahan tambahan seperti contoh di atas (Daniel Rhodes, 1971:19-45). Pembagian di atas menunjukkan gerabah termasuk keramik golongan earthenware (tembikar) yang matang pada suhu pembakaran di bawah 1200ºC. Para ahli keramik lain mengkelompokkan badan keramik berdasarkan bahan-bahan dan campurannya, yaitu : Barang-barang bangunan yang termasuk terracotta dan gerabah kasarGerabah halus lunak Gerabah halus keras Barang-barang saniterPorselin Pembagian di atas menunjukkan tingkatan kualitas badan keramik. Kualitas gerabah kasar sampai gerabah keras lebih rendah dari porselin. Kekuatan badan keramik sangat tergantung dari prosentase penyerapan daya serap airnya. Badan gerabah daya serap airnya lebih tinggi dari porselin, maka dari itu kekuatannya lebih rendah dari porselin (Mardi Harja, 1976:34). Di Indonesia istilah ‘gerabah’ juga dikenal dengan keramik tradisional sebagai hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat pedesaan dari tanah liat, ditekuni secara turun temurun. Gerabah juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai ciri pemakaian tanah liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana (Oka, I.B., 1979:9). Secara historis Indonesia telah memiliki tradisi pembuatan benda-benda gerabah yang mempunyai keunikan-keunikan, baik ditinjau dari segi motif/corak maupun segi teknik pengolahannya. Keramik tradisional Indonesia masing-masing mempunyai ciri khas sesuai dengan budaya masyarakatnya. Keberadaan benda-benda tersebut dapat dipandang sebagai benda budaya, karena merupakan cermin masyarakat pendukungnya. Umumnya belum menggunakan glazur dan produksinya terbatas. Dalam Ilmu Purbakala (Arkeologi) istilah lain gerabah/keramik tradisional ini adalah kereweng, pottery, terracotta dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah. Barang-barang tanah bakar yang ditemukan di luar sarkopagus (peti mayat berbentuk Pulungan batu) berupa jembung, piring-piring kecil, priuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil dan sebagainya (Yudosaputro, W., l983 : 31). Berkaitan dengan hal di atas, Excerpted from Campton’s Interactive Encyclopedia dalam ‘Pottery and Porcelain’, Copyright © 1994-1995, disebutkan kriya keramik atau pembuatan bejana dari tanah liat merupakan salah satu karya seni tertua di dunia, seperti kutipan berikut : “The craft of ceramics, or making clay vassels, is one of the oldest arts in the world.” Bedanya dengan porselin, gerabah kekuatan badannya lebih rendah, kurang padat dan tembus air. Umumnya gerabah tampil tanpa lapisan glazur, tetapi ada juga badan gerabah diglazur dengan suhu yang disesuaikan dengan tingkat pembakaran gerabah tersebut. Di Indonesia pembuatan gerabah, umumnya ditekuni oleh masyarakat pedesaan dengan teknik dan peralatan yang masih sederhana. Wujudnya di lapangan dapat dijumpai dalam bentuk-bentuk yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat dan dikerjakan secara turun-temurun. Sedangkan badan keramik porselin, karena berkaitan dengan penerapan teknologi yang lebih tinggi, biasanya dibuat oleh perusahaan dengan modal yang lebih besar serta dengan teknik pengolahan yang lebih maju. Produk-produk keramik yang badannya terbuat dari golongan porselin umumnya memiliki fungsi pakai karena sifatnya yang tahan, padat, kuat dan tidak tembus air diperoleh dengan pembakaran tinggi dan dilapisi glazur. Produk proselin berfungsi pakai di lapangan dapat ditemukan dalam bentuk tegel, piring, tea pot, asbak, dan lain-lain. Sedangkan keramik proselin untuk fungsi hias dapat dijumpai dalam bentuk guci, patung, dan hiasan-hiasan lainnya. Porselin bentuk guci banyak yang menerapkan dekorasi teknik lukis dengan glazur transparan atau tanpa glazur. Secara visual sangat sulit membedakan badan keramik porselin dengan badan keramik tingkat gerabah sebelum dibakar. Karena tanah untuk bahan badan gerabah penampakannya bermacam-macam dari warna coklat sampai yang berwarna abu-abu. Demikian juga dengan bahan porselin, yang membedakan keduanya itu adalah komposisi kandungan mineral dari bahan dan tingkat pembakarannya seperti yang diungkapkan oleh Daniel Rhodes di atas. Cara yang bisa digunakan untuk membedakan tingkat pembakaran suatu badan keramik adalah dengan mengetahui perbedaan suara dari suatu badan keramik yang telah dibakar. Makin nyaring suara suatu badan keramik disentuh atau dipukul, maka makin tinggi juga suhu pembakarannya. Demikian juga sebaliknya.

Minggu, 20 Maret 2016

TEMBIKAR 

Tembikar adalah alat keramik yang dibuat oleh pengrajin. Tembikar dibuat dengan membentuk tanah liat menjadi suatu obyek. Alat tembikar yang paling dasar adalah tangan.

Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan manusia.
Asal mula
Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah, tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs arkeologi di indonesia, telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius seperti upacara dan penguburan. tembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya menggunkan tangan, yang berciri adonan kasar dan bagian pecahannya dipenuhi oleh jejak-jejak tangan (sidik jari), selain itu bentuknya kadang tidak simetris. selain dibuat dengan teknik tangan, tembikar yang lebih modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar.

Contoh Macam-macam kerajinan yang dapat di buat dari tanah liat

  • Piring
  • Kendi
  • Tempayan
  • Anglo
  • Kuali
  • Celengan
  • Pot
  • Gerabah hiasan

Cara pembuatan kerajinan tangan dari bahan alam tanah liat
  • Pengambilan tanah liat. 
Tanah liat diambil dengan cara menggali secara langsung ke dalam tanah yang mengandung banyak tanah liat yang baik. Tanah liat yang baik berwarna merah coklat atau putih kecoklatan. Tanah liat yang telah digali kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk proses selanjutnya.
  • Persiapan tanah liat. 
Tanah liat yang telah terkumpul disiram air hingga basah merata kemudian didiamkan selama satu hingga dua hari. Setelah itu, kemudian tanah liat digiling agar lebih rekat dan liat. Ada dua cara penggilingan yaitu secara manual dan mekanis. Penggilingan manual dilakukan dnegan cara menginjak-injak tanah liat hingga menjadi ulet dan halus. Sedangkan secar mekanis dengan menggunakan mesin giling. Hasil terbaik akan dihasilkan dengan menggunakan proses giling manual.
  • Proses pembentukan. 
Setalah melewati proses penggilingan, maka tanah liat siap dibentuk sesuai dengan keinginan. Aneka bentuk dan disain depat dihasilkan dari tanah liat. Seberapa banyak tanah liat dan berapa lama waktu yang diperlukan tergantung pada seberapa besar gerabah yang akan dihasilkan, bentuk dan disainnya. Perajin gerabah akan menggunakan kedua tangan untuk membentuk tanah liat dan kedua kaki untuk memutar alat pemutar (perbot). Kesamaan gerak dan konsentrasi sangat diperlukan untuk dapat melakukannya. Alat-alat yang digunakan yaitu alat pemutar (perbot), alat pemukul, batu bulat, kain kecil. Air juga sangat diperlukan untuk membentuk gerabah dengan baik.
  • Penjemuran. 
Setelah bentuk akhir telah terbentuk, maka diteruskan dengan penjemuran. Sebelum dijemur di bawah terik matahari, gerabah yang sudah agak mengeras dihaluskan dengan air dan kain kecil lalu dibatik dengan batu api. Setalah itu baru dijemur hingga benar-benar kering. Lamanya waktu penjemuran disesuaikan dengan cuaca dan panas matahari.
  • Pembakaran. 
Setalah gerabah menjadi keras dan benar-benar kering, kemudian banyak gerabah dikumpulkan dalam suatu tempat atau tungku pembakaran. Gerabah-gerabah tersebut kemudian dibakar selama beberapa jam hingga benar-benar keras. Proses ini dilakukan agar gerabah benar-benar keras dan tidak mudah pecah. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran adalah jerami kering, daun kelapa kering ataupun kayu bakar.
  •  Penyempurnaan. 
Dalam proses penyempurnaan, gerabah jadi dapat dicat dengan cat khusus atau diglasir sehingga terlihat indah dan menarik sehingga bernilai jual tinggi.

Sejarah Kendi

Walaupun kendi sudah dikenal sejak masa awal di Jawa dan Negeri Melayu, akan tetapi berdasarkan kesejarahan benda itu berasal dari India yang telah lebih dulu mengenalnya pada zaman peradaban yang lebih tua. Bahkan juga diduga kendi bercorot dari Asia Tenggara bukan hanya peniruan dari India akan tetapi merupakan evolusi dari kendi Mesopotamia dan Yunani. Beberapa bentuk Kendi bercorot kuno yang ditemukan di Mesopotamia berasal dari tahun 3200 SM dan kendi bercorot yang ditemukan di Yunani tahun 2500 SM ada kemiripan dengan bentuk-bentuk kendi yang ada di Asia Tenggara.
Meskipun kendi-kendi gerabah telah dibuat di banyak tempat di Indonesia sejak zaman prasejarah, namun kendi secara khusus sebagai wadah air yang menuang dari corotnya, baru dikenal pada abad ke-9 di Jawa. Hal ini dapat ditemukan pada relief-relief yang ada di Candi Borobudur pada teras Kamadhatu. Di Candi Borobudur yang dibangun sekitar tahun 800 M, memperlihatkan kedua bentuk tersebut.

Bentuk Kendi

Bentuk-bentuk kendi pada umumnya berbeda di setiap daerah yang mencerminkan cita rasa atau pengaruh berbagai kebudayaan yang memasuki suatu daerah sepanjang sejarahnya. Temuan-temuan kendi di daerah pemukiman kuno memberikan gambaran penting mengenai pola perdagangan dan hubungan budaya yang ditemukan pada kurun waktu yang berbeda di daerah tersebut dengan wilayah lain seperti dari India, Timur Tengah, Mesopotamia, Yunani, Cina, dan lain-lainnya.
Kendi memiliki dua macam jenis yaitu polos dan bercorak. Kendi biasanya dimanfaatkan untuk minum dan upacara adat Jawa. Orang Mesir membuat kendi yang diukir menurut budayanya. Orang China membuat kendi yang bercorak gambar naga. Orang Thailand membuat dua jenis kendi, polos dan bercorak. Orang Indonesia membuat kendi polos, tetapi memiliki gagang untuk diangkat.
Namun secara umum kendi mengambil bentuk buah labu sebagai inspirasi penciptaan. Hal ini dimungkinkan, mengingat buah labu yang dikeringkan merupakan salah satu wadah air yang pertama-tama digunakan sebelum orang memakai gerabah. Wadah air minum gerabah yang awal diduga meniru bentuk buah tersebut, sampai saat ini masih dibuat dan diciptakan seperti di daerah-daerah di Sulawesi.
Sebenarnya bentuk kendi-kendi yang ada saat ini, tidak jauh berbeda dengan kendi masa lampau. Mungkin variasinya saja yang membedakan. Akan tetapi bilamana diamati secara umum terdapat dua bentuk dasar yakni pertama berbentuk botol, berbadan bulat dan berleher, fungsi leher sebagai tempat mengisi dan menuangkan air. Yang kedua berbadan bulat, berleher dan bercorot. Kedua bentuk ini telah banyak ditemukan pada beberapa situs prasejarah sebelum abad ke-4, dan kedua bentuk tersebut sampai saat ini masih dibuat dan dipergunakan oleh masyarakat.
Beberapa contoh variasi bentuk dari bentuk dasar kendi dapat disebutkan antara lain di Jawa Tengah, kendi upacara dari Mayong, Pati, bercorot tiga, dua corot di antaranya palsu. Kendi ini dinamakan kendi maling, dan harus diisi dari lubang dasarnya. Kendi dengan bentuk seperti ini juga dibuat di Bali dan Lombok, juga di Tanah Gayo, Aceh terdapat beberapa kendi yang menarik, hanya mempunyai dua lobang pada bagian atasnya yang tertutup, cara mengisinya melalui salah satu lubang corot dari atas. Dengan bentuknya yang khas dan disain geometrik yang digores halus, kendi-kendi Aceh mengingatkan kita pada kendi logam dari Timur Tengah. Penduduk Aceh sendiri menganggap kendi ini sebagai tipe tradisional yang digunakan sejak kerajaan Islam Aceh pada abad XVI.
Di Palembang juga terdapat bejana yang memiliki dua, tiga, empat sampai lima corot yang berdiri tegak pada bagian atasnya, yang masing-masing dapat menuangkan air, pada umumnya badannya beralur, berkaki tinggi dan banyak di antaranya dicat warna merah dan emas.

Fungsi Kendi

Fungsi utama kendi gerabah adalah sebagai wadah penyimpanan air minum, agar air tetap dingin sepanjang hari. Karena kendinya berlubang, air langsung dapat dituang ke mulut melalui tanpa menyentuh mulut. Kendi juga dapat berguna sebagai wadah cairan seperti obat atau ramuan magis, seperti kendi di Jawa yang bertangkai panjang. Tangkai tersebut berfungsi untuk mencegah tutup terlepas dan airnya terbuang, bilamana digunakan seseorang yang terbaring di tempat tidur. Bentuk lain yang berfungsi sebagai wadah obat ialah kendi yang berlubang pada ujung lehernya dan berbentuk bawang.
Kendi juga dipakai sebagai alat upacara pada acara-acara tertentu, misalnya pada perkawinan. Air yang terdapat dalam kendi dianggap suci, murni, dan menyejukan, menjadi simbol perkawinan yang sempurna. Di Jawa Barat, pada upacara perkawinan, mempelai wanita membasuh kaki mempelai pria dengan air dari kendi, setelah upacara pemecahan telur. Upacara basuh kaki melambangkan kesetiaan seorang istri terhadap suaminya.
Kendi juga dipakai pada acara sakral misalnya pada waktu upacara pemberangkatan jenazah dari rumah duka menuju pemakaman. Dalam upacara tersebut seringkali masyarakat Jawa Tengah memecahkan kendi yang berisi air. Para peziarah yang akan ke makam sanak keluarga biasanya juga membawa kendi berisi air untuk disiram ke atas kuburan dengan tujuan agar untuk menyejukan arwah yang meninggal.
Kendi juga dipakai pada acara-acara penobatan atau pengukuhan. Sebagai contoh, pada acara ekspor perdana kontainer disiram dengan air melalui kendi yang dipecahkan. Contoh lain, pada saat pemberian nama "Tetuko" untuk pesawat terbang yang dibuat IPTN di Bandung tahun 1984, Presiden Soeharto memecahkan kendi berisi air wangi pada hidung pesawat tipe CN235 itu.
Pada tari Bondan, tarian dari Surakarta, seorang anak wanita dengan menggendong boneka mainan dan payung terbuka menari di atas kendi. Ia harus menari dengan hati-hati agar kendi yang diinjak tidak pecah. Tarian ini melambangkan seorang ibu yang menjaga anak-anaknya dengan hati-hati.
Di Jawa, seperti pada masyarakat Tengger, kendi miniatur/kecil digunakan sebagai pelengkap sesaji dan di Bali dipergunakan pada acara-acara keagamaan, kendi juga diperlakukan sebagai mainan anak-anak, ketika mereka sedang mengadakan permainan rumah-rumahan, atau pasar-pasaran.
Keberadaan kendi masih banyak dijumpai dalam masyarakat Indonesia sebagai pelengkap kehidupan, meskipun usianya telah lama, namun bentuk dan fungsinya selalu dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya sampai saat ini

Cara Membuat Gerabah dari Tanah liat

           Bahan dasar untuk membuat Gerabah dari Tanah liat adalah tanah.
Proses pertama kita harus memilih tanah yang benar-benar bagus,tidak boleh memilih sembarang tanah.
Yang jelas tanah tersebut bukan tanah kapur,karena tanah tersebut tidak bisa diolah menjadi bahan utama.
Lalu proses yang kedua tanah yang sudah dipillih kemudian disiram air dan diamkan selama satu hari satu malam,berfungsi agar tanah tersebut benar-benar lunak untuk mempermudah proses pengolahan,dan di keesokan harinya tanah harus kita sisir dengan cangkul untuk mencari batu-batu yang masih ada dalam tanah,proses menyisir tersebut di lakukan sebanyak 3 sampai 5 kali.
Proses ketiga tanah yang sudah diolah tersebut kita bentuk bulat seperti bola,dan kita masukan kedalam mesin penggilingan tanah biar tanah tersebut benar-benar halus,proses penggilingan tanah dilakuakan sebanyak 3 sampai 5 kali,tanah yang sudah dihaluskan kita bulatkan lagi seperti bola,agar kita mudah memindahkan tanah tersebut.Proses yang keempat adalah proses pembentukan segala bentuk yang kita inginkan,kita mau membentuk poci,cangkir,nampan,pot,vas bunga,tempat sambal,piring makan,guci,tempat buah,tempat lauk dan bentuk binatang yang kalian sukai.Proses kelima tanah liat yang sudah dibentuk jadi (piring makan) kita jemur dibawah terik matahari selama 1 sampai 2hari,biar tanah tersebut tidak terlalu lunak,berfungsi untuk kita halus dan kita simpan lagi,selama satu malam,kita melakukan proses penjemuaran dan penghalusan selama 6 sampai 7hari,biar barang tersebut benar-benar siap untuk di bakar
.


Proses keenam yaitu proses pembakaran,semua barang yang sudah siap dibakar kita masukan kedalam tukung pembakaran,kita tata dengan rapi,barang yang berukuran besar kita letakan paling bawah dan kita kasih potongan kayu bakar diatas barang tersebut lalu kita letakan lagi barang,sampai tersusun rapi dan benar-benar aman,kalau barang tersebut berjumlah banyak,kita tata dengan ketinggian 1 sampai 2 meter dari mulut tukungku pembakaran tersebut,kemudian bagian tepi-tepi yang ketinggian 1 sampai 2 meter tersebut kita kasih lapisan tanah liat tetapi di campur dengan jerami sampai tindak terlihat barang yang mau kita bakar,
Proses ketujuh adalah malai masukan kayu bakar kedalam mulut tungku dan nyalakan dengan  api jangan menggunakan kertas atau jerami untuk menyalakan,dan proses pembakaran tersebut memakan waktu sekitar 10 sampai 12 jam,biar barang tersebut benar-benar mateng,kuat tahan air.
  1. SEJARAH GERABAH

Pada masa perundagian, pembuatan barang-barang gerabah makin maju dan kegunaan gerabah semakin meningkat. Meskipun barang-barang dari perunggu dan besi memiliki peranan sangat penting, akan tetapi gerabah pun masih sangat penting dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh alat-alat yang terbuat dari logam. Pada umumnya gerabah dibuat untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari, selain itu gerabah seperti tempayan digunakan sebagai tempat bekal kubur, tempat sesaji, tempat untuk menempatkan tulang-tulang, tempat untuk menyimpan ari-ari bayi yang baru lahir. Cara pembuatan  gerabah pada masa perundagian lebih maju jika dibandingkan pada masa bercocok tanam. Dengan adanya kebiasaan ini menunjukan bahwa teknik pembuatan gerabah lebih tinggi. Bukti-bukti peninggalan benda-benda gerabah ditemukan di Kendenglembu (Banyuwangi), Klapadua (Bogor), Serpong (Tangerang), Kalumpang dan Minanga Sapakka (Sulawesi Tengah) dan sekitar bekas danau Bandung. Di Indonesia penggunaan roda putar dan tatap batu dalam pembuatan barang gerabah berkembang lebih pesat dalam masa perundagian (logam), bahkan di beberapa tempat masih dilanjutkan sampai sekarang.  Dari temuan benda-benda gerabah di Kendenglembu dapat diketahui tentang bentuk-bentuk periuk yang kebulat-bulatan dengan bibir yang melipat ke luar. Menurut dugaan para ahli, gerabah semacam itu dibuat oleh kelompok petani yang selalu terikat dalam hubungan sosial ekonomi dan kegiatan ritual. Karena teknik pembuatan gerabah lebih mudah memberi bentuk maupun seni hias.  Selain ditemukan barang-barang gerabah, di Kalimantan Tenggara (Ampah) dan Sulawesi Tengah (Kalumpang, Minanga Sipakka) ditemukan pula alat pemukul kulit kayu dari batu. Kagunaan alat ini ialah untuk menyiapkan bahan pakaian dengan cara memukul-mukul kulit kayu sampai halus. Alat pemukul kulit kayu sekarang masih digunakan di Sulawesi.  Di desa Buni, Bekasi, Jawa Barat ditemukan gerabah dari masa perundagian, bersama-sama dengan tulang-tulang manusia. Selain gerabah, ditemukan pula beliung persegi, barang-barang dari logam dan besi. Warna gerabah yang ditemukan adalah kemerah-merahan dan keabu-abuan. Gerabah juga ditemukan di Bogor (Jawa Barat), Gilimanuk (ujung barat pulau Bali), Kalumpang (Sulawesi Tengah), Melolo (Sumba), dan Anyer.



SUATU BENTUK BUDAYA TRADISIONAL

Salah satu diantara warisan karya budaya yang sangat tua, luas persebarannya dan mampu bertahan hingga sekarang adalah gerabah, yakni barang pecah belah dari tanah bakar yang dibuat secara tradisional. Gerabah yang konon sudah dibuat manusia sejak mereka hidup menetap dan mulai bercocok tanam beberapa ribu tahun sebelum tarikh Masehi, kini masih kita dapatkan di seluruh pelosok Nusantara. tak terkecuali di Pulau Madura. Gerabah Madura dibuat oleh pengrajin Madura serta mempunyai fungsi-fungsi umum maupun Khusus bagi kehidupan masyarakat Madura.
Jenis-jenis gerabah Madura berfungsi sebagai benda pakai, benda hias, barang mainan, bahan bangunan dan bernilai ekonomis, sosial, magis dan lain-lain.

Bahan dan Lokasi Pembuatan
Madura kaya akan pembuatan gerabah yakni sejenis tanah liat yang berwarna kuning dengan pasir halus. Tanah liat hitam dapat juga dipergunakan tetapi kualitasnya kurang baik.
Semua Kabupaten di Madura bahkan sampai di kepulauan terdapat pengrajin gerabah seperti di Mandala Andulang, Duko Ru baru, Angkatan Kangean, Baragung, Pademawa Barat, Dalpenang Pakaporan, Blega dan lain-lain. Diantaranya yang sangat terkenal adalah Karangpenang Sampang dan Andulang Sumenep. Diantara daerah-daerah ini ada semacam perjanjian kerja untuk membuat barang-barang yang sudah ditentukan secara turun temurun atau spesialisasi. Dengan spesialisasi ini persaingan dapat dicegah. Gerabah Madura juga memaki kekhasan lokal yang disebabkan oleh keahlian/ketrampilan pengrajin, tersedianya bahan, teknik pembuatan dan teknik pembakaran. Dengan spesialisasi dan ciri khasnya itu, banyak kampung diberi nama sesuai dengan nama jenis tembikar tertentu.

Alat dan cara pembuatan gerabah
Peralatan pengrajin gerabah Madura adalah alat-alat tradisional yang tak jauh bedanya dengan yang sudah digunakan pada zaman Prasejarah. Alat-alat umum adalah cangkul, linggis, ember dan alat-alat khusus seperti:
  1. Panombuk atau penumbuk berupa bulatan bertangkai untuk alat pembentuk bagian dalam.
  2. Panempa atau penempa, untuk pembentuk dan penghalus bagian luar, berupa sekeping papan.
  3. Pangorek atau pengorek, sejenis sabit bermata miring bertangkai panjang untuk menghaluskan bagian dalam.
  4. Panyabugan, wadah air untuk menetesi gerabah dengan secarik kain agar mudah dihaluskan.
  5. Pangeled, secarik kain untuk membentuk bibir gerabah.
  6. Pangajakan, sejenis nyiru untuk ayakan pasir.
  7. Pangabuan, tempat abu.
  8. Panompal, alat menyisikan abu dari pembakaran.
  9. Wer-kower, galah berujung kawat lengkung.
  10. Pamatong, sejenis pisau atau kawat pemotong tanah liat.
  11. Tungku pembakaran gerabah.
  12. Dan lain-lain.

Proses pembuatannya secara umum adalah sebagai berikut.
  1. Pertama menyediakan bahan berupa tanah liat dan pasir yang terpilih dengan teliti.
  2. Tanah liat dan pasir dengan perbandingan tertentu diaduk dengan air merupakan adonan.
  3. Mengambil sebongkah tanah adonan atau kopo'an.
  4. Tanah kopo'an lalu dibentuk secara kasar atau hadangan.
  5. Dari badangan dibentuk baganan sehingga mulai tampak wujud benda yang diinginkan.
  6. Dengan kain pangeled pinggiran atau bibir dibentuk sehingga bulat melingkar.
  7. Bila yang dibuat sejenis belanga atau periuk mulut atau congaban sudah jadi lalu diangin-angin kemudian membuat perut dan bagian bawah yang terpisah dengan bagian mulut.
  8. Pembuatan perut setelah dibentuk secara Kasar diperhalus dengan alat penempa kemudian pengorek.
  9. Bagian perut dan bagian mulut disambung, kemudian diperhalus.
  10. Bila gerabah yang dibuat bertelinga, atau bertangkai, juga dipasang kemudian dengan disambung.
  11. Setelah halus dan diteliti kesempurnaannya, lalu dijemur hingga kering benar.
  12. Dibakar.
  13. Dibersihkan dengan air dan hasilnya sudah siap pakai atau dipasarkan. Namun untuk beberapa daerah ada yang masih menyempurnakan dengan semacam cat dari lumpur.
Fungsi dan Jenis.
Hasil kerajinan gerabah Madura sangat beraneka ragam dan bila ditinjau dari fungsinya dapatlah dikelompok-kelompokkan sebagai berikut:
  1. Alat atau tempat menanak nasi, contohnya: polo kontong, sobluk, pateppengan dan lain-lain.
  2. Alat atau tempat memasak lauk-pauk, seperti katta, kekenceng, dungdung, jadi, gulbung dan lain-lain.
  3. Tempat masak air: ceret, katta dan lain-lain.
  4. Untuk penyimpan atau pengambil air: gendi, pelteng, kelmo, tampal, gentong, penyambungan, panyamsaman dan lain-lain.
  5. Sebagai wadah hasil macam-macam produksi: pakes, kontong, tengtong, juleng, jadi, keppeng dan sebagainya.
  6. Tempat menabung: celengan.
  7. Alat tertentu: Pacapa'an, padupa'an, pateppengan dan lain-lain.
  8. Alat serbaguna: pennay, gulmong, kontong, cobik.
  9. Alat pembantu: sendi, pangobugan.
  10. Perhiasan, misalnya pot.
  11. Alat mainan, seperti gerabah mini, burung-burungan.
  12. Bahan bangunan: genting, bata, angin-angin, ubin.
Upaya pelestarian.
Pemakai gerabah Madura memperoleh banyak keuntungan seperti: harga murah, anti karat, mudah dibersihkan, mengurangi polusi dan lain-lain. Disamping itu juga dapat menyerap banyak tenaga kerja. Kemanfaatan umum dan jangka panjang adalah dapat melestarikan warisan budaya yang telah turun-temurun.
Mengingat keuntungan-keuntungan tersebut kiranya pelestariannya perlu mendapat perhatian kita semua dengan pengrajin dan peningkatan mutu hasilnya sehingga tetap relevan dengan keperluan masa kini.